Judul Cerpen : Aku Masih Selamat
Kategori : Cerpen Pengalaman Pribadi, Cerpen Petualangan
TemaCerpen : Iman Dari Alam
Kategori : Cerpen Pengalaman Pribadi, Cerpen Petualangan
TemaCerpen : Iman Dari Alam
Karya : No Name
“AKU MASIH SELAMAT”
dalah suatu
kebanggaan tersendiri, apalagi jika kita disuguhkan oleh pemandangan yang
memanjakan mata. Begitupun yang dirasakan olehku dan Jenica temanku.
Kami berhasil mencicipi nikmatnya ciptaan Yang Maha Kuasa dari atasgunungAmbang di Modoinding.
Sebelumnya perkenalkan, namaku Rian, orang bilang aku ini
seorang pendaki gunung, namun aku lebih suka menyebut diriku sendiri sebagai
seseorang yang ingin bertafakur, dengan menggunakan gunung sebagai objeknya.
Hari ini, 2 Juli 2014, aku melakukan pendakian bersama temanku, Jenica. Kami
berhasil sampai dataran tertinggi di Modoinding.
Namun seperti yang kita tahu bahwa; siapapun yang berada di
atas, suatu saat akan kembali ke bawah. Aku dan Jenica menyetujui hal itu.
Setelah puas menikmati puncak, kami harus bergegas turun untuk menjumpai
keluarga yang sebenarnya di bawah.
Saat itu, indahnya puncak tak seindah perjalanan pulang. Kami
harus bergaul dengan lelah, kerja otak yang terus berputar memikirkan kemana
arah jalan pulang. Tak seperti biasanya jalan yang kami lalui saat naik,
menjadi sebuah semak, tak ada jalan, tak ada tanda-tanda arah menuju
perkampungan.
Aku bertanya pada Jenica, “Mana jalan, Jen? Kemarin
bener kan lewat sini?” Namun pertanyaanku, hanya sebuah pertanyaan semata. Tak
ada jawaban dari Jenica, dan ketika aku menengok,
memang benar Jenica tidak bersamaku, untuk
turun.
Cemas, panik, bingung, takut dan berbagai perasaan negatif
lainnya mulai berdatangan. Apa yang harus aku lakukan untuk memastikan hidupku
benar-benar aman. Aku coba berjalan menerobos rumput liar yang kering. Hingga
akhirnya aku sampai pada sebuah tanah datar yang cukup luas, aku beristirahat
sejenak dan menenangka fikiran. Setelah cukup aman menurutku, lalu aku bergegas
menyusuri jalan setapak yang entah akan membawaku kemana. Namun aku tak yakin
dengan itu, aku hanya mengikuti apa kata hati berbicara. Benar dugaanku, sekian
lama aku berjalan, tempat istirahatku tadi sudah aku lewati berulang kali. Aku
baru menyadari setelah tiga kali melewatinya.
Perasaan cemas hinggap kembali padaku. Namun satu hal yang aku
sadari, Tuhanku masih bersamaku, dia bisa menolongku begitu mudahnya. Dengan
hasil pendidikanku selama menjadi anggota Pecinta Alam, dalam situasi seperti
ini yang harus aku lakukan adalah tetap tenang, dan hindari panik, kuatkan diri
berpegang kepada sang pencipta, mungkin itu bisa meringankan bebanku.
Aku berbaring sambil memejamkan mataku, dan berdoa kepada Tuhan
agar aku bisa keluar dari semua ini. Saat aku tengah tertidur, ada suara seolah
mencoba membangunkanku.
“Rian, bangun Rian.” Itu
yang Aku dengar dalam keadaan sedikit sadar. Aku terbangun dan orang pertama
yang aku lihat adalah Jenica. Dengan sedikit bingung,
aku duduk dan memastikan bahwa aku berada di alam yang benar-benar nyata.
Setelah Jenica menceritakan bahwa aku tertidur dari tadi, aku bersyukur kepada
Tuhan bahwa semua kejadian itu hanyalah mimpi yang hinggap saat aku lelah menuruni
gunung.
Terimakasih
Tuhan, kau berikan pelajaran yang begitu bermakna bagiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar