Selasa, 17 April 2018

PEMIMPIN YANG MENGHAMBA
(Ignatius Tuah Rino, S.Fil)

Image result for gambar pilkada         Perbincangan seputar pemimpin (jabatan) merupakan satu topik yang tidak pernah selesai dalam percakapan hidup manusia dan zamannya, khususnya pada zaman ini, dimana negara Indonesia sedang dalam pesta demokrasi pemilihan kepala daerah. Banyak orang menabung impian menjadi pemimpin. Orang berusaha dengan berbagai cara untuk menarik perhatian orang lain (publik), dengan kandungan intensi supaya suatu saat nanti terpilih menjadi pemimpin. Beragam sikap dan tindakan berguna untuk menarik simpati orang lain ternyata pada klimaksnya hanyalah suatu cibulan belaka. Paul Coelho, penyair Brazil;  menyentil  akan kualitas kepemimpinan seorang pemimpin yang “selalu ada jarak antara kata dan tindakan.” Realitas ini menghadirkan sepenggal pertanyaan yang menggugah sekaligus menantang kinerja dari para pemimpin saat ini. “Sejauh mana kesejatian dan penghambaan diri para pemimpin saat ini?
       Tentu kita tahu bahwa pemimpin adalah orang yang berkuasa atas semua orang lain. Dia dianggap mampu untuk membimbing semua orang yang berada dalam wilayah kepemimpinannya.  Sang pemimpin yang menghamba itu mungkin saja suatu pernyataan yang konyol bagi para calon pemimpin saat ini, bukan? Sang pemimpin yang menghamba ialah bukan menjadi tuan atas orang lain. Harta terbesar dari seorang pemimpin bukanlah menegakkan kekuasaan atas orang lain, melainkan melayani sebagaimana seorang hamba yang setia melayani tuannya.  Intisari dari jiwa pelayan mesti menyiratkan kesetiaan dan kerendahan hati. 
       Dalam realitas masa kini, kepemimpinan justru lebih menjunjung otoritas dan kehormatan. Jarang digunakan bahwa pemimpin zaman sekarang adalah seorang pemimpin yang menghamba. Sungguh asing didengar bahkan orang merasa malu jika dikatakan sebagai pemimpin yang menghamba. Secara umum, orang menilai sosok pemimpin sejati adalah figur yang mempunyai kualitas dalam berbagai dimensi kehidupan manusia  untuk mengakomodasi masyarakat tertentu. Penilaian akan kualitas merupakan pengakuan rasional bahwa orang yang disebut pemimpin itu mempunyai pengetahuan yang lebih mendalam. Bukan itu saja! Pemimpin itu diterima karena ia telah menunjukkan integritas pribadi melalui teladan hidupnya. Apa yang dikatakannya dihayati dalam perbuatan. 
           Menjadi seorang hamba atau mempunyai jiwa seorang pelayan adalah sosok pemimpin yang berkualitas. Dia menjadi hamba atau pelayan yang rendah hati. Tidak perlu bangga dengan kekuasaan atau jabatan, tidak perlu berbangga dengan seberapa banyak pendukungnya dan tidak perlu bangga dengan besarnya dana yang dikeluarkan saat kampanye. 
Seorang pemimpin yang diidamkan oleh rakyatnya adalah seorang pemimpin yang menghamba yang ingin menjadi hamba terhadap tuannya (rakyatnya). 

LOVE EACH OTHER Rangkaian bunga, boneka, cokelat dengan tema Hari Kasih Sayang (Valentine's Day) terlihat indah dan penuh ci...