Kamis, 09 November 2017

Hari Pahlawan

PAHLAWAN : MAHKLUK LANGKAH ZAMAN ‘NOW’ 
(Ignatius Rino, S.Fil)

Peristiwa 10 November merupakan peristiwa sejarah perang antara Indonesia dan Belanda. Pada 1 Maret 1942, tentara Jepang mendarat di Pulau Jawa, dan tujuh hari kemudian, tepatnya, 8 Maret, pemerintah kolonial Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Sejak itu, Indonesia diduduki oleh Jepang. Tiga tahun kemudian, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu setelah dijatuhkannya bom atom (oleh Amerika Serikat) di Hiroshima dan Nagasaki. Peristiwa itu terjadi pada Agustus 1945. Mengisi kekosongan tersebut, Indonesia kemudian memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Sebelum dilucuti oleh sekutu, rakyat dan para pejuang Indonesia berupaya melucuti senjata para tentara Jepang. Maka timbullah pertempuran-pertempuran yang memakan korban di banyak daerah. Ketika gerakan untuk melucuti pasukan Jepang sedang berkobar, tanggal 15 September 1945, tentara Inggris mendarat di Jakarta, kemudian mendarat di Surabaya pada 25 Oktober. Tentara Inggris didatangkan ke Indonesia atas keputusan dan atas nama Sekutu, dengan tugas untuk melucuti tentara Jepang, membebaskan para tawanan yang ditahan Jepang, serta memulangkan tentara Jepang ke negerinya. Tetapi, selain itu, tentara Inggris juga membawa misi mengembalikan Indonesia kepada pemerintah Belanda sebagai jajahannya. NICA (Netherlands Indies Civil Administration) pun membonceng. Itulah yang meledakkan kemarahan rakyat Indonesia di mana-mana.
Di Surabaya, dikibarkannya bendera Belanda, Merah-Putih-Biru, di Hotel Yamato, telah melahirkan Insiden Tunjungan, yang menyulut berkobarnya bentrokan-bentrokan bersenjata antara pasukan Inggris dengan badan-badan perjuangan yang dibentuk oleh rakyat. Bentrokan-bentrokan bersenjata dengan tentara Inggris di Surabaya, memuncak dengan terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, (pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur), pada 30 Oktober. Setelah terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, penggantinya (Mayor Jenderal Mansergh) mengeluarkan ultimatum yang merupakan penghinaan bagi para pejuang dan rakyat umumnya. Dalam ultimatum itu disebutkan bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas. Batas ultimatum adalah jam 6.00 pagi tanggal 10 November 1945. Ultimatum tersebut ditolak oleh Indonesia. Sebab, Republik Indonesia waktu itu sudah berdiri (walaupun baru saja diproklamasikan), dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) sebagai alat negara juga telah dibentuk. Selain itu, banyak sekali organisasi perjuangan yang telah dibentuk masyarakat, termasuk di kalangan pemuda, mahasiswa dan pelajar. Badan-badan perjuangan itu telah muncul sebagai manifestasi tekad bersama untuk membela republik yang masih muda, untuk melucuti pasukan Jepang, dan untuk menentang masuknya kembali kolonialisme Belanda (yang memboncengi kehadiran tentara Inggris di Indonesia).
Pada 10 November pagi, tentara Inggris mulai melancarkan serangan besar-besaran dan dahsyat sekali, dengan mengerahkan sekitar 30 000 serdadu, 50 pesawat terbang, dan sejumlah besar kapal perang. Berbagai bagian kota Surabaya dihujani bom, ditembaki secara membabi-buta dengan meriam dari laut dan darat. Ribuan penduduk menjadi korban, banyak yang meninggal dan lebih banyak lagi yang luka-luka. Tetapi, perlawanan pejuang-pejuang juga berkobar di seluruh kota, dengan bantuan yang aktif dari penduduk. Pihak Inggris menduga bahwa perlawanan rakyat Indonesia di Surabaya bisa ditaklukkan dalam tempo 3 hari saja, dengan mengerahkan persenjataan modern yang lengkap, termasuk pesawat terbang, kapal perang, tank, dan kendaraan lapis baja yang cukup banyak.
Namun di luar dugaan, ternyata para tokoh-tokoh masyarakat yang terdiri dari kalangan ulama' serta kiyai-kiyai pondok jawa seperti KH. Hasyim Asy'ari, KH. Wahab Hasbullah serta kiyai-kiyai pesantren lainnya mengerahkan santri-santri mereka dan masyarakat umum (pada waktu itu masyarakat tidak begitu patuh kepada pemerintahan tetapi mereka lebih patuh dan taat kepada para kiyai)juga ada pelopor muda seperti bung tomo dan lainnya. sehingga perlawanan itu bisa bertahan lama, berlangsung dari hari ke hari, dan dari minggu ke minggu lainnya. Perlawanan rakyat yang pada awalnya dilakukan secara spontan dan tidak terkoordinasi, makin hari makin teratur. Pertempuran besar-besaran ini memakan waktu sampai sebulan, sebelum seluruh kota jatuh di tangan pihak Inggris. Peristiwa berdarah di Surabaya ketika itu juga telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat yang menjadi korban ketika itulah yang kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan.

Makhluk langkah zaman ‘now’

Momentum hari pahlawan, yang jatuh pada 10 November, masih kita rasakan. Hari di mana kita mengenang jasa jasa pahlawan, terutama peristiwa tanggal 10 November, 72 tahun yang lalu di Surabaya, agar (harapannya) kita dapat meneruskan perjuangan mereka di masa sekarang dan nanti. 10 November harusnya menjadi alarm bagi kita sebagai penerus bangsa. Karena hari pahlawan sebenarnya bukan sekedar peringatan biasa. Momentum ini sebagai peringatan kita sebagai generasi muda, menyadarkan kita akan peran yang kita emban untuk bangsa ini nantinya. Karena kita harapan bangsa Indonesia di masa depan.
Namun kenyataannya hari pahlawan hanya sekedar diperingati saja. Bahkan, hari pahlawan terkesan untuk memperingati kematian pahlawan. Banyak yang telah lupa dengan bangsa ini. Banyak yang tidak peduli memperjuangkan kepentingan negaranya. Padahal bangsa ini masih belum sepenuhnya merdeka. Bangsa ini dijajah oleh orang orangnya sendiri. Masalah-masalah mulai dari korupsi dan sebagainya sudah menjadi sarapan kita sehari hari. Lalu bangsa ini mau apa? Kita butuh sosok pahlawan baru untuk bangsa dan negara ini. Pahlawan bukan sekedar mereka yang menenteng sanjata untuk berperang, tapi pahlawan zaman now.
Adakah pahlawan zaman now?

Tahu siapa pahlawan itu?? Menurut  kamus besar bahasa Indonesia, pahlawan artinya  orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam memperjuangkan kebenaran, pejuang yang gagah berani. Ada beberapa ciri pahlawan yang sesuai dengan konteks saat ini :
Pertama;  pahlawan  adalah orang yang mampu menyegerakkan melakukan amanah yang diberikan padanya. Dia tidak menunggu-nunggu dan merasa gelisah apabila amanah pekerjaan yang diberikan padanya belum bisa secara sempurna dilakukan. Seorang buruh karena dia digaji dia berusaha secara maksimal mengerjakan pekerjaan sesuai dengan kontrak kerjanya. Seorang pegawai negeri dia mengerjakan semua beban pekerjaan yang diberikan oleh atasannya sesuai dengan aturan dan undang-undang terkait dengan pekrjaannya. Dia bekerja bukan karena mencari populeritas, dia merasa berdosa kalau ada beban kerjanya tidak dilakukan dengan baik. Ketika seseorang diangkat  menempatkan posisi, memegang jabatan sebuah pekerjaan, dia berusaha dengan segera menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Salah satu penyebab  kemunduran bangsa kita saat ini adalah karena banyaknya diantara kita yang mengundur-undur pekerjaan, mengutamakan yang sunat dan melakukan yang wajib. Kita lebih banyak menolong atau mematuhi perintah atasan dari pada menjalankan tugas dan kewajiban kita. Kedua; Tidak pernah menolak amanah. Apapun pekerjaan yang diberikan padanya dia tidak pernah menolok. Orientasinya hanya kebenaran. Asal pekerjaan itu benar  dia laksanakan dengan sungguh-sungguh. Walaupun banyak tantangan dia tetap tegar mengerjakannya. Resiko diberhentikan, dibenci, dan dimaki oleh orang-orang yang tidak seprinsip dia tidak peduli. Yang penting dia mengerjakan itu karena benar. Ketiga; Menyingkirkan semua alasan dan tidak mencari-cari alasan untuk tidak melakukan sesuatu. Seorang pahlawan selalu bergerak maju untuk berbuat dan bekerja.  Dia tidak memikirkan alasan dan mengelak dari pekerjaan dan amanah yang dibebankan padanya. Yang penting bagi dia harus lebih banyak berbuat yang lebih baik. Keempat; Memanfaatkan semua potensi. Pahlawan di era sekarang ini berusaha memanfaatkan semua potensi yang ada padanya. Uang, tenaga, pikiran, waktu, perasaan dan lain-lain  yang ada pada dirinya akan berusaha dimanfaatkannya.  Dia mau berbuat apa saja. Apa yang ada pada dirinya akan dikorbankannya demi  kebenaran.
Melihat situasi di zaman sekarang atau yang lebih kekikiniannya disebut sebagai zaman now jarang sekali kita menemukan sosok pahlawan yang berani mempertahankan negara dari serangan-serangan. Jangankan mempertahankan negara untuk menjadi pahlawan bagi orang lain saja sangat sulit sekali ditemukan. Namun, sangat disayangkan mutu peringatan itu terasa menurun dari tahun ke tahun, terutama generasi muda. Generasi muda sudah makin tidak menghayati makna hari pahlawan. Hari Pahlawan yang selalu kita peringati hendaknya jangan hanya mengedepankan unsur seremoni belaka, tanpa menghayati nilai-nilai perjuangan yang dipesankan oleh para pahlawan ini. Akan sangat ironi bila memperingati hari pahlawan sebatas seremoni saja tanpa mengambil tauladan dari nilai-nilai perjuangan untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Para pemuda tidak benar-benar mengisi kemerdekaan ini dengan belajar untuk membangun bangsanya.
Bangsa Indonesia masih menunggu pahlawan-pahlawan yang nantinya dapat membawa perubahan bagi bangsa ini. Mulai dari penegakan hukum, pemberantasan korupsi, mempertahankan kedaulatan negara bahkan mensejahterakan rakyat. Sikap-sikap kepahlawanan adalah kehidupan berbangsa dan bernegara sangat diperlukan demi terciptanya bangsa Indonesia yang lebih baik di masa depan.
Kalau dilihat zaman ini mulai dari anak-anak sampai orang tua yang gemar bermain game The Mobile of  Legend banyak sekali. Dimana para penggemar game ini dibawa kembali ke era yang baru dan dengan kualitas yang sangat memuaskan. Mereka rela meninggalkan segala-galanya demi mempertahankan pahlawan mereka di game tersebut. Misalnya seperti; Hilda, Zilong, Eudora, Mya, Natalie, Nayla, dan lain-lain.
Masih adakah pahlawan zaman now?

Epilog
Alangkah bijaknya jika generasi penerus ini mau belajar banyak dari pahlawan, karena dengan begitu kita menjadi generasi yang menghargai waktu, memiliki semangat nasionalisme dan memiliki solidaritas yang kuat. Belajar dari pahlawan dapat dimulai dengan cara kita memaknai hari pahlawan. Setelah itu secara bertahap mampu menumbuhkan semangat guna memiliki sikap cinta akan perjuangan pahlawan, cinta negeri, serta selalu gigih dan giat untuk mempelajari perjuangan para pahlawan. Selamat memperingati Hari Pahlawan.




LOVE EACH OTHER Rangkaian bunga, boneka, cokelat dengan tema Hari Kasih Sayang (Valentine's Day) terlihat indah dan penuh ci...